Suatu Sore di Bulan November

Mari kembali ke beberapa minggu yang lalu.

Tepatnya Rabu,2 November 2016. Pukul 2.21-3.46 PM




Hari itu saya bertekad tidak akan mengikuti acara apapun usai pulang sekolah. Karena satu alasan yang sangat menggelikan. Suatu pertemuan dengan seseorang yang bagi saya spesial. Hari itu,saya membolos ekstrakurikuler. Mengarang alasan agar rapat yang akan saya ikuti diundur. Bernegoisasi dengan guru pembimbing agar mengganti hari latihan untuk lomba. Hanya karena,saya ingin waktu bersamamu,dimana saya cukup menjadi saya dan kamu cukup menjadi kamu,untuk membentuk 'Kita'.


Kala itu hujan turun. Cukup deras. Saya ingat sekali,ketika mata saya mengintip di jendela depan,kamu tengah berdiri menghindari hujan dengan ponsel di tangan. Segera,saya membuka pintu,disambut senyum manismu,berkata bahwa ternyata ini alamat yang benar. 


Kemudian,kita duduk bersisian. Kamu bercerita banyak hal. Tentang keluargamu,kisah cinta ayah-ibumu,rumahmu,rencana masa depanmu,nilai kimiamu,guru guru,pegawai bank yang duduk di bawah tangga sekolah,keluh kesah. Banyak sekali yang kita bicarakan. Hingga gerimis kecil telah mengganti derasnya hujan. Dan saya sama sekali tidak bosan. 

Kamu banyak tersenyum dan tertawa. Dan itu,sungguh membuat saya sangat bahagia.

Kita shalat ashar bersama. Lantas kamu pamit,pergi dengan motormu dan tanpa alas kaki,aku ingat sekali. Kamu melempar senyuman dan melambaikan tangan sebelum menghilang di belokan jalan. 

Dan rintik rintik air yang jatuh sore itu,tahu.
Bahwa saya masih menyayangimu



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Novel Kisah Sang Penandai

A Little Step For A Big Dream

Akses Yang Terlupakan; Realita Jalanan Banjarnegara