Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Puncak di Atas Debur Ombak

Gambar
Mendakilah, kau akan mendapati hati yang selalu ingin kembali tak peduli seberapa pegal yang kau rasa di kaki. Begitulah kalimat yang saya tulis di postingan saya mengenai pendakian ke prau lebih dari setahun silam. Dan akhirnya momen pendakian dapat kembali saya abadikan dalam tulisan. Tempatnya masih sama, Gunung Prau. Namun kali ini saya bersama delapan orang yang biasa saya temui di kelas saya, XI MIPA 2. Mereka adalah Akbar, lelaki yang sangat kuat. Samuel, yang mendadak sikap nakal dan jailnya hilang seketika. Rizqi, yang tetap saja konyol dan menyenangkan. Ali, dengan mode gunungnya yang berhasil membuat teman teman saya cinta. Hizkia, chef gunung kita sekaligus peraih tangan tangan yang hampir terpeleset di jalan.  Kemudian ada tiga perempuan kuat yaitu Ara yang menggemaskan, Fiza dengan carrier paling tinggi diantara para perempuan, dan Danis yang suka sekali makan. Jalur yang kami pilih adalah jalur Dieng Kulon. Jalur ini relatif lebih landai dibandingka

Selamat Jalan Kawan

Gambar
Jumat, 23 Maret 2018. Pagi ini terasa biasa saja. Matahari terbit bersinar cerah dari ufuk timur seperti hari hari biasanya. Hari ini masih dalam rangkaian libur peserta didik kelas satu dan dua SMA dikarenakan kelas tiga sedang ada ujian. Tapi hari ini, saya harus pergi ke sekolah dengan seragam pramuka untuk konsultasi pada Waka Kesiswaan tentang suatu kegiatan. Banjarnegara masih sama, hiruk pikuknya masih begitu begitu saja. Tidak ada yang terasa berbeda. Hingga saya mendengar kabar tentang sahabat saya, Elma. Elma Kartika Devi nama lengkapnya. Saya akrab dengannya sejak kami mengikuti les matematika yang sama bersama Pak Candra sejak kelas tiga SMP dulu. Sejak itu, Elma menjadi teman baik yang menyenangkan. Kami sering pergi bersama. Elma selalu mau menemani saya membeli sesuatu, pun sebaliknya. Kami punya kaos yang sama, karena seringnya kami membeli pakaian berdua. Dalam seminggu, terjadwal ada dua pertemuan les matematika saya dan Elma. Tentunya, kami sering bertemu, be

Tujuh Belas

Gambar
Sore itu begitu sendu. Gumpalan awan kelabu menutupi langit yang biru. Senja kala itu hampa. Semburat jingganya pergi entah kemana. Terganti dengan rintik hujan, walau tak begitu deras. Sedang sedang saja. Namun entah bagaimana caranya, basahnya bisa sampai hingga ke pelupuk mata. Lalu pada pipi, mengalir begitu saja. Saat itu saya sedang berjalan pulang sendirian. Seragam putih abu abu saya sedikit basah. Namun saya tak sempat merasa resah. Dan tetes air hujan, membuat saya tak menangis sendirian.  Pada sore yang begitu sendu itu, kepala saya penuh dengan berbagai hal yang tidak perlu. Tubuh yang lelah, hati yang patah, posisi yang serba salah, dan beberapa hal yang membuat saya resah. Ingin saya ucapkan kepada keadaan, saya ingin menyerah. Segalanya terasa tak mudah. Esok paginya, ketika fajar tiba dan spektrum warna cerah mulai memenuhi cakrawala, saya menjadi percaya. Saya percaya, bahwa apapun resikonya, keadaan sulit akan menguatkan diri saya. Kesalahan akan mende