Akses Yang Terlupakan; Realita Jalanan Banjarnegara




Untuk yang ke-sekian kalinya saya kembali menemukan sebuah realita yang menyedihkan ketika saya pergi ke suatu tempat wisata di Banjarnegara. Akses jalan yang mengenaskan. Berulang kali kami harus turun,dan motor terpaksa dituntun. Bukan kesalahan jika orang orang mengatakan banyak jalanan di Banjarnegara seperti sungai yang surut airnya. Bisa dibayangkan seperti apa?



Bukit Icika,Purwanegara,Banjarnegara


Saya salut dibalik fenomena sungai surut itu masih banyak yang gencar memajukan potensi wisata daerahnya. Keindahan alam yang terbayarkan setelah berjam-jam berperang di jalanan.

Saya pernah menanyakan mengenai masalah tersebut ketika acara Parlementaria DPRD, kebetulan saya datang mewakili sekolah saya bersama beberapa pengurus OSISMPK lainnya. Saya menanyakan mengenai banyaknya jalan rusak menuju tempat wisata,contoh saja Curug Pletuk di desa Pesangkalan yang aksesnya memprihatikan. Padahal pariwisata merupakan sarana efektif menunjang kesejahteraan daerah.

Secara garis besar, ketua Komisi III DPRD mengatakan bahwa setiap jalanan ada yang mengelolanya masing masing. Berkaitan dengan lokasi tempat wisata Curug Pletuk di desa Pesangkalan itu merupakan jalan desa dimana kewenangan ada di desa dan bukan merupakan kewenangan Pemkab.

Sebagai siswa SMA biasa, awalnya saya tidak begitu paham. Dalam logika saya,bagaimana mungkin Pemkab tidak punya kewenangan? Bukankah seharusnya Kabupaten punya kewenangan lebih tinggi dibandingkan desa?

Di rumah,saya mencoba mencari informasi di internet. Dan ternyata benar. Dikutip dari Detiknews 23 Januari 2012 pukul 10:01 wib : Di indonesia persoalan kewenangan memperbaiki jalan terkotak kotak. Dalam satu wilayah atau kota,tanggung jawab perawatan dan perbaikan jalan berbeda-beda. Ada yang harus dilakukan oleh Pemda setempat namun ada juga yang harus Pemerintah Pusat.

Serta Suara Merdeka 24 Maret 2017 :
Sejumlah desa berharap kepada PemKab Banjarnegara untuk mengalihkan status jalan desa menjadi milik kabupaten. Biaya perawatan jalan tidak sanggup ditanggung pemerintah desa. Usulan perubahan status jalan desa menjadi jalan kabupaten hampir merata di berbagai kecamatan. Karena berdasarkan UU no 23 tahun 2014,kewenangan pemkab terhadap desa dibatasi,banyak jalan jalan desa yang tidak tersentuh.

Beberapa bulan kemudian saya mendengar bahwa akses menuju tempat wisata Curug Pletuk sudah mulai diperbaiki, objek tersebut juga semakin dikenal oleh masyarakat. Saya senang pernah jadi bagian orang orang yang datang ketika jalanan masih rusak dan objek wisata tersebut belum ramai pengujung. Senang rasanya jadi bagian yang ikut membawa perubahan,meski hanya punya peran yang sangat kecil. Hanya menyumbang sebuah kehadiran. Hingga lama kelamaan wisata tersebut semakin dikenal orang,dan pemerintah pun akhirnya membuka mata dan turun tangan.

Curug Pletuk Banjarnegara

Ada cerita lain juga dari sebuah tempat yang baru saja saya kunjungi beberapa hari yang lalu,Bukit Icika namanya. Letaknya ada di Kaliajir kecamatan Purwanegara, Banjarnegara. Tak jauh berbeda dari akses menuju Curug Pletuk ketika saya kesana 2016 lalu, jalan ke Bukit Icika juga rusak parah.

Tempat wisata tersebut hampir mirip dengan Bukit Asmara Situk di Kalilunjar meski tetap memiliki pesonanya tersendiri. Saya berharap jalanan menuju tempat ini pun bisa diperbaiki.

Banjarnegara punya slogan Wani memetri rahayuning Praja yang artinya  segenap warga daerah Banjarnegara bertekad bulat melestarikan kemakmuran menuju kebahagiaan lahir batin bagi rakyat dan pemerintahannya.

Semoga, semua masyarakat di daerah tempat lahir saya ini bisa mendukung kemajuan di Banjarnegara, karena kabupaten ini milik kita bersama. Bukan milik pemkab saja. Kita pun harus punya peran mendukung dan memajukannya. Hal positif sekecil apapun bisa kita lakukan. Saya suka menulis dan jalan jalan, makanya saya menulis ini dan pergi mengunjungi wisata di kabupaten saya, Banjarnegara—walau harus melewati jalanan yang memiliki sejuta lubang. Namun saya sudah mengerti bahwa semua pihak pun pasti ingin agar jalanan diperbaiki,akan tetapi sedikit dari mereka yang benar benar mengerti, peduli, dan mencintai.

Jangan terlalu banyak mencerca sebelum membaca dan jangan menghakimi sebelum benar benar mengerti. Mari terus mencintai negeri ini. Karena, untuk apa kita memiliki jika kita tak mampu mencintai?



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Novel Kisah Sang Penandai

A Little Step For A Big Dream