Selamat Jalan Kawan


Jumat, 23 Maret 2018.


Pagi ini terasa biasa saja. Matahari terbit bersinar cerah dari ufuk timur seperti hari hari biasanya. Hari ini masih dalam rangkaian libur peserta didik kelas satu dan dua SMA dikarenakan kelas tiga sedang ada ujian. Tapi hari ini, saya harus pergi ke sekolah dengan seragam pramuka untuk konsultasi pada Waka Kesiswaan tentang suatu kegiatan. Banjarnegara masih sama, hiruk pikuknya masih begitu begitu saja. Tidak ada yang terasa berbeda. Hingga saya mendengar kabar tentang sahabat saya, Elma.

Elma Kartika Devi nama lengkapnya. Saya akrab dengannya sejak kami mengikuti les matematika yang sama bersama Pak Candra sejak kelas tiga SMP dulu. Sejak itu, Elma menjadi teman baik yang menyenangkan. Kami sering pergi bersama. Elma selalu mau menemani saya membeli sesuatu, pun sebaliknya. Kami punya kaos yang sama, karena seringnya kami membeli pakaian berdua. Dalam seminggu, terjadwal ada dua pertemuan les matematika saya dan Elma. Tentunya, kami sering bertemu, bercerita, tertawa.

Elma adalah perempuan yang cerdas, sholehah, baik hati, dan lucu. Sejak kelas dua, saya dan Elma memutuskan mengikuti ekstrakurikuler rohis. Elma cukup banyak berubah, dia menjadi makin sholehah. Elma adalah perempuan  yang mengagumkan. Apa adanya, namun mempesona. Saya ingat ketika kami berjalan berdua, kami mengeja mimpi mimpi. Bertekad untuk berada di kampus yang sama. Mencari kost bersama. Membayangkan betapa itu akan sangat menyenangkan.

Saat semester genap di kelas dua, kami makin jarang pergi bersama. Mungkin karena kesibukan masing masing. Ditambah kemudian handphone saya hilang, memutuskan komunikasi lewat media sosial yang sering kami lakukan. Saya ingat, ketika bertemu seminggu yang lalu, Elma dan saya berpelukan. Dia bilang kita sekarang sudah jarang pergi bersama. Kemudian kami membuat rencana. Kami akan pergi berdua. Juga, dia mengajak untuk belajar matematika bersama Afi saat liburan esok. Rencana rencana itu hendak kami laksanakan minggu depan. Namun siapa yang tahu apa yang akan terjadi ke depan.

Bergetar seluruh badan ketika mendengar kabar tentang kepergian Elma. Air mata saya terlalu sulit dibendung lebih lama. Terpaku berdiri di depan rumahnya, menyaksikan bagaimana Elma dikeluarkan dari ambulans, sudah ditutup kain kafan. Banyak kerabat dan teman di sana, dalam suasana keharuan. Begitu tiba tiba, kawan.

Elma, kamu pergi bersama Akmalia, kecelakaan karena pohon yang tumbang tak terelakkan. Menewaskan dua perempuan cantik dan sholehah, Elma dan Fasya Akmalia. Semua terasa begitu mendadak, tak ada yang mampu menolak. Allah SWT menyayangi kalian berdua. Kepergian kalian di hari jumat yang diberkahi ini semoga membawa kalian ke tempat terbaik di sisiNya. Khusnul khatimah, kawan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Novel Kisah Sang Penandai

A Little Step For A Big Dream

Akses Yang Terlupakan; Realita Jalanan Banjarnegara