u n t i t l e d

Guyuran hujan membasahi pipi saya. Bercampur dengan senyawa leusin-enkephalin dari ujung mata. Dalam deras hasil  kondensasi uap air di atmosfer,pikiran saya berkelana. 

Saya merenungi hal yang dulu pernah ada,kini sudah tidak ada. Yang dulu hadir,ternyata hanya mampir. Hal yang dulu saya kenal,kini sudah tak sama. Alasan untuk bahagia telah menjadi pisau bermata dua yang jadi sebab luka. Pernah ada,dan kini sudah tak ada. Bukankah seharusnya semuanya sesederhana satu kalimat singkat itu? Namun,bagi saya saat itu,kepergian bukan sekadar perkara perubahan. Lebih dari itu,ada rasa kehilangan. Rindu yang tak dapat lagi diungkapkan. Rasa yang sulit didefinisikan. 

Namun waktu menyadarkan saya akan sesuatu. Setelah kehilangan yang menyesakkan,ada pula hal hal yang hadir setelah kepergian. Ada hal hal yang menjadi dekat setelah keterasingan itu. Ada debar yang hadir lagi setelah patah hati. Ada senyum yang kembali mengembang usai murung yang panjang. Rasanya seperti saya menemukan sebuah ketentraman dan kesejukan usai deras dan kelamnya hujan. Saat ini saya benar benar menyadari kebenaran sebuah kalimat :
when someone walk out your life
they just making more room for someone better
to walk in.
Sesuatu yang sudah lewat dan berlalu itu,memberi saya pemahaman baru. Saya menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Belajar tentang kedewasaan dan penerimaan. Segala yang sudah lewat itu,mereka memang ditakdirkan menjadi masa lalu. Yang membentuk diri saya sekarang. Dan saya simpan,dalam kenangan.


Suatu sore di Banjarnegara,
12 Februari 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Novel Kisah Sang Penandai

A Little Step For A Big Dream

Akses Yang Terlupakan; Realita Jalanan Banjarnegara