Asing

Ada sesuatu yang lewat di hati saya
Ketika bahu kita sempat berada di garis udara yang sama
Namun kita hanya saling berlalu begitu saja
Ada nyeri yang tak terdefinisi
Ketika punggung kita menghadap arah mata angin yang bertolak
Namun kau melempar senyum pun tidak
Ada degup yang masih tak bisa ku kendalikan
Saat suaramu kembali hadir di pendengaran
Tapi tak ada yang bisa kulakukan selain diam 



Foto diambil dari balkon lantai dua,
diseberang gedung tempatmu berada



Adalah menyesakkan ketika sesuatu yang dulu selalu di sisi,kini tak lagi saya kenali. Ya. Manusia memang berubah. Waktu terus berlalu. Keadaan tidak bisa tetap seperti itu. Tidak bisa selalu sama seperti apa yang saya mau. Namun,sepertinya ini bukan saatnya menyalahkan deru waktu. Atau menghakimi masa lalu.

Keterasingan diantara kita memang menyakitkan. Tidak mudah ketika mata saya tidak sengaja menangkap sosokmu di seberang. Tidak mudah ketika kita harus dipertemukan di satu ruangan. Tidak mudah ketika tidak sengaja kita saling berpapasan. Tidak pernah mudah.

Namun,tidak ada yang salah.
Tidak ada yang salah dan tidak ada yang perlu disalahkan.

Terkadang,saya tiba tiba rindu. Menatap arak arakan awan di langit biru. Kemudian memikirkan bagaimana kabarmu. Air mata saya jatuh di balik tembok koridor lantai dua. Sedangkan kamu,berada di seberang gedung di lantai tiga. Sejauh itukah kita hingga saya seberat ini rindu yang saya rasa?

Kini saya sadar,jarak bukan soal hitungan kilometer diantara kamu dan saya. Jarak adalah ketika kita sudah berhenti saling menyapa. Berpura pura tidak peduli atas kehadiran satu sama lain. Berpura pura tidak pernah terjadi apa apa diantara kita berdua. Bukankah itu memang,sudah seharusnya? Bukankah itu memang agar kita tidak lebih terluka lagi nantinya? Seperti janji kita di penghujung desember yang teduh itu.

Saya ingin menyampaikan sesuatu di sela sela keterasingan itu. Saya ingin mengucapkan sesuatu di jeda jeda jarak kita yang tiba tiba jauh itu. Bahwa,semoga suatu saat nanti,ada alasan bagi kita,untuk melewati batas antara mimpi dan nyata yang kita punya. Agar,keterasingan ini,suatu saat bisa berganti lagi menjadi kehangatan yang dulu selalu saya rasa ketika kita (masih) bersama.

Kalaupun tidak,saya yakin atas nama ketulusan
Tak ada yang salah dengan pertemuan
Begitu juga perpisahan.

Banjarnegara,
22 Januari 2017
21 : 35 PM.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Novel Kisah Sang Penandai

A Little Step For A Big Dream

Akses Yang Terlupakan; Realita Jalanan Banjarnegara